Friday, May 10, 2013

Kisah Tempurung Untuk Ibu dan Ayah

Kisah Tempurung Untuk Ibu dan Ayah ...

Tadinya mereka tidak terlalu risih dengan kehadiran ibu tua itu. Sebagai seorang anak yang merasa dilahirkan dari rahim ibunya, Hasan tidak tega membiarkan ibunya hidup terpisah semenjak bapak Hasan meninggal. Istrinya juga tidak keberatan, apalagi perempuan itu merasakan sangat besar kegunaan mertuanya di rumah. Ibu itu masih bisa membantu-bantu pekerjaan rumah tangganya sehingga tertolong sedikit meskipun ia tidak punya pembantu.

Namun semenjak hamilnya makin besar dan dilihatnya si ibu mertua tambah parah batuknya, dadanya kian kempis dan pernah memuntahkan darah, Nazulah mulai bingung. Kalau ibu yang sakit paru-paru itu tidak segera diungsikan, maka ia khawatir penyakitnya akan menular dan membahayakan anaknya yang bakal lahir.

Maka, setelah merasa hampir dekat melahirkan, Nazulah berkata kepada suaminya,"Bang, sakit ibu ternyata penyakit yang menular. Jadi kita harus mencarikan jalan supaya anak kita nanti jangan bergaul dengannya."

Hasan kaget mendengar bicara istrinya ini. "Maksudmu?". "Kita harus berpisah dari ibu," jawab Nazulah.

Hasan termenung mendengar permintaan istrinya. Sebetulnya ia merasa berat terhadap ibunya, namun karena Nazulah mendesak terus, dan ia menganggap alasan istinya cukup kuat, terutama demi anak mereka, maka Hasan membuat gubuk kecil di pekarangan belakang rumah. Dengan perasaan yang masygul ia menyuruh ibunya pindah, tinggal di gubuk itu.

Ibu itu adalah seorang mertua dan nenek yang baik, Ia tahu diri. Ia menganggap umurnya adalah sisa-sisa kesenangan hidup yang pernah dinikmatinya. Maka tanpa sedih sedikitpun Ia pindah ke gubuk itu.

Mula-mula segala kebutuhan perempuan itu masih diperhatikan sekali. Namun, sesudah anak mereka makin besar, Hasan dan istrinya hanya mengingat Maqbullah, anaknya. Seluruh perhatiannya cuma ditumpahkan kepada anak yang manis dan pintar itu. Sampai nasib ibu tua di gubuk itu sering terlantar. Piring dan gelas buat makan atau minumnya sudah lama pecah, tetapi Nazulah lupa menggantinya dengan yang lain. Sehingga untuk makan dan minumnya si nenek terpaksa mencari tempurung kelapa.

Adapun Nazulah sama sekali melarang anaknya dekat-dekat dengan gubuk yang terdapat di belakang rumah. Dalam usia tiga tahun itu Maqbullah tidak tahu bahwa yang tinggal di gubuk itu adalah neneknya sendiri. Sebab ia akan dimarahi oleh bapak dan ibunya kalau bermain-main mendekati tempat itu.

Namun pada suatu hari Maqbullah berhasil masuk ke sana, karena kebetulan hari itu bapak dan ibunya tidak di rumah. Dengan mengendap-endap ia mengintip melalui lubang pintu. Dilihatnya ada seorang perempuan tua sedang duduk di atas dipan rombeng. Rambutnya sudah putih semua, badannya bungkuk.

Dasar Maqbullah seorang anak yang berani, melihat pemandangan itu bukannya takut, malah dia gembira. Dengan mulutnya yang kecil itu ia memanggil-manggil. "Nek, nenek tua, bukakan pintu nek."

Alangkah gembiranya wajah nenek itu di dalam gubuknya. Tiba-tiba darah segar membersit memerahkan warna mukanya. Matanya bersinar lantaran suara itulah yang selama ini dirindukannya. Sambil terseok-seok ia berjalan ke pintu, lantas dibukanya. "Siapa kamu, nak?" tanya nenek itu.

"Bullah," jawab si anak itu. "Oh, cucuku. Dimana bapak dan ibumu?"

"Pergi," sahut Maqbullah. "Pergi ke mana?" tanya si nenek tambah gembira.

"Jauh," jawab Maqbullah. "Saya ingin masuk, Nek."

Betapa bahagianya nenek itu dapat menggandeng cucunya memasuki gubuk tersebut. Hingga tengah hari Bulah bermain-main di situ. Rupanya anak kecil itu haus. Ia meminta kepada neneknya,"Nek,minum..."

Si nenek mengambil tempurung kelapa."Nenek tidak punya gelas. Nenek hanya punya ini buat minum".

Anak itu heran. "Memang nenek ini siapa sih, tidak punya gelas?". "Aku adalah nenekmu, ibu bapakmu."

"Kenapa tidak punya gelas?", "Orang tua tidak boleh pakai gelas...."

Demikianlah ketika sudah puas bermain-main di situ, Maqbullah permisi pulang. Untung waktu itu Hasan dan istrinya belum kembali. Jika sudah, pastilah si nenek yang akan dimarahinya.

Peristiwa itu sudah dua hari terjadi, tatkala mereka bertiga berjalan-jalan melihat-lihat kota. Pada suatu tempat di pinggir jalan, ada selokan kotor. Di dalam selokan tersebut ada sebuah tempurung kelapa yang tersangkut di pinggir. Melihat tempurung itu Maqbullah memaksa minta diambilkan. Setelah Hasan mengambil dan membersihkan tempurung itu, Nazulah bertanya kepada anaknya,"buat apa Bulah minta tempurung ini?"

Tanpa berpikir si anak menjawab,"buat tempat minum ibu kalau ibu sudah tua."

Terkejut Hasan dan istrinya mendengar jawaban ini. Mereka bertanya,"Mengapa begitu?"

"Nenek Bulah yang tinggal di gubuk itu juga dikasih makan dan minum pakai tempurung. Entar kalau Bulah sudah besar dan ibu sudah tua, Bulah akan kasih tempurung buat ibu, dan dibuatkan gubuk jelek buat tidur ibu."

Mendengar jawaban itu sadarlah Hasan dan Nazulah akan kelakuan mereka. Tiba-tiba mereka takut akan ancaman Tuhan terhadap anak yang durhaka. Maka mereka segera merubah sikapnya terhadap orang tuanya, diajak kembali dan diberi perawatan kesehatan atas penyakitnya..

Kisah Suami Yang Berbohong Pada Istrinya

Kisah Suami Yang Berbohong Pada Istrinya


Pernikahan itu telah berjalan empat (4) tahun, namun pasangan suami istri itu belum dikaruniai seorang anak. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik: “kok belum punya anak juga ya, masalahnya di siapa ya? Suaminya atau istrinya ya?”. Dari berbisik-bisik, akhirnya menjadi berisik.

Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan bahwa sang istri adalah seorang wanita yang mandul, sementara sang suami tidak ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk sembuh dalam arti tidak peluang baginya untuk hamil dan mempunyai anak.

Melihat hasil seperti itu, sang suami mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, lalu menyambungnya dengan ucapan: Alhamdulillah.

Sang suami seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri menunggu di ruang tunggu perempuan yang terpisah dari kaum laki-laki.

Sang suami berkata kepada sang dokter: “Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa.

Kontan saja sang dokter menolak dan terheran-heran. Akan tetapi sang suami terus memaksa sang dokter, akhirnya sang dokter setuju untuk mengatakan kepada sang istri bahwa masalah tidak datangnya keturunan ada pada sang suami dan bukan ada pada sang istri.

Sang suami memanggil sang istri yang telah lama menunggunya, dan tampak pada wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu bersama sang istri ia memasuki ruang dokter. Maka sang dokter membuka amplop hasil lab, lalu membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: “… Oooh, kamu –wahai fulan- yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagimu untuk sembuh.

Mendengar pengumuman sang dokter, sang suami berkata: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, dan terlihat pada raut wajahnya wajah seseorang yang menyerah kepada qadha dan qadar Allah SWT.

Lalu pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan namun pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan sanak saudara.

Lima (5) tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan sepasang suami istri bersabar, sampai akhirnya datanglah detik-detik yang sangat menegangkan, di mana sang istri berkata kepada suaminya: “Wahai fulan, saya telah bersabar selama Sembilan (9) tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan selama ini semua orang berkata:” betapa baik dan shalihah-nya sang istri itu yang terus setia mendampingi suaminya selama Sembilan tahun, padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tidak akan memperoleh keturunan”. Namun, sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya ingin agar engkau segera menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat anak-anakku, menimangnya dan mengasuhnya.

Mendengar emosi sang istri yang memuncak, sang suami berkata: “istriku, ini cobaan dari Allah SWT, kita mesti bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …”. Singkatnya, bagi sang istri, suaminya malah berceramah di hadapannya.

Akhirnya sang istri berkata: “OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun, tidak lebih”.

Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah SWT memberi jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.

Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab mengatakan bahwa sang istri mengalami gagal ginjal.

Mendengar keterangan tersebut, jatuhnya psikologis sang istri, dan mulailah memuncak emosinya. Ia berkata kepada suaminya: “Semua ini gara-gara kamu, selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini, kenapa selama ini kamu tidak segera menceraikan saya, saya kan ingin punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan … saya kan …”.

Sang istri pun bad rest di rumah sakit.

Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata: “Maaf, saya ada tugas keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau baik-baik saja”.

“Haah, pergi?”. Kata sang istri.

“Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian mencari donatur ginjal, semoga dapat”. Kata sang suami.

Sehari sebelum operasi, datanglah sang donatur ke tempat pembaringan sang istri. Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.

Saat itu sang istri teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya: “Suami apa an dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar dalam ruang bedah operasi”.

Operasi berhasil dengan sangat baik. Setelah satu pekan, suaminya datang, dan tampaklah pada wajahnya tanda-tanda orang yang kelelahan.

Ketahuilah bahwa sang donatur itu tidak ada lain orang melainkan sang suami itu sendiri. Ya, suaminya telah menghibahkan satu ginjalnya untuk istrinya, tanpa sepengetahuan sang istri, tetangga dan siapa pun selain dokter yang dipesannya agar menutup rapat rahasia tersebut.

Dan subhanallah …

Setelah Sembilan (9) bulan dari operasi itu, sang istri melahirkan anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga besar dan para tetangga.

Suasana rumah tangga kembali normal, dan sang suami telah menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di sebuah fakultas syari’ah dan telah bekerja sebagai seorang panitera di sebuah pengadilan di Jeddah. Ia pun telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dan mendapatkan sanad dengan riwayat Hafs, dari ‘Ashim.

Pada suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja, buku harian yang selama ini ia sembunyikan. Dan tanpa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut, membuka-bukanya dan membacanya.

Hamper saja ia terjatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis meraung-raung. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya, dan menangis sejadi-jadinya, ia berkali-kali mengulang permohonan maaf dari suaminya. Sang suami hanya dapat membalas suara telpon istrinya dengan menangis pula.

Dan setelah peristiwa tersebut, selama tiga bulanan, sang istri tidak berani menatap wajah suaminya. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan menundukkan mukanya, tidak ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali.

(Diterjemahkan dari kisah yang dituturkan oleh teman tokoh cerita ini, yang kemudian ia tulis dalam email dan disebarkan kepada kawan-kawannya)


Sumber: Ilham Fatahillah

Thursday, May 9, 2013

Dia = Siapamu...???

Petunjuk utama :
  • Jangan membaca jawaban di bawahnya terlebih dulu.
  • Isi dulu sesuai instruksinya.
  • Baca baris per baris.
  • Orang yang memikirkan game ini,konon sesudah membaca mail ini, harapannya dapat terkabul

Berikut tes psikologi cinta yang cukup menarik, caranya :
1.    Siapkan bolpen dan kertas
2.    Tidak perlu lama dan banyak berpikir, tulis yang terlintas di benak pikiran Anda.
3.    Tulis angka 1 sampai sebelas di kertas Anda secara vertikal (atas ke bawah)
4.    Tulis angka yang paling Anda senangi (antara1- 11) di sebelah angka no.1 dan 2
5.    Tulis 2 nama orang (lawan jenis) yang Anda kenal, masing-masing di no.3 dan 7
6.    Tulis 3 nama orang yang Anda kenal di No.4, 5, dan 6 (boleh keluarga, teman, kenalan).
7.    Tulis judul lagu yang berbeda-beda di no.8, 9, 10 dan 11
8.    Terakhir, tulis permohonan Anda.


Jawabannya :
.........
........
.......
......
.....
....
...
..
.
Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttt....!!!


1.    Anda harus memberitahu ke orang yang Anda tulis di No. 7 tentang tes ini.

2.    Orang yang Anda tulis di no.3 adalah orang yang Anda cintai.

3.    Orang yang Anda tulis di No.7 adalah orang yang Anda suka, tetapi bertepuk sebelah tangan.

4.    Orang yang Anda tulis di No.4 adalah orang yang Anda rasa paling penting bagi anda.

5.    Orang yang Anda tulis di No.5 adalah orang yang paling mengerti tentang Anda.

6.    Orang yang Anda tulis di No. 6 adalah orang yang membawa keberuntungan pada Anda.

7.    Lagu yang Anda tulis di no. 8 adalah lagu yang ditujukan untuk orang No.3

8.    Lagu yang Anda tulis di no.9 adalah lagu yang ditujukan untuk orang No.7

9.    Lagu yang Anda tulis di no.10 adalah lagu yang melukiskan apa yang ada di hati Anda.

10.    Terakhir, lagu yang Anda tulis di No.11 adalah lagu yang melukiskan hidup Anda.


Hehehehe...bener ndak ya..???

Monday, May 6, 2013

ungkapan BJ habibie untuk alm istrinya (ainun)


Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. 

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu. 

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi. 

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang. Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada. 
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku, selamat jalan, calon bidadari surgaku